Senin, 30 Mei 2011

Seminar Itu Telah Usai

Ketukan pintu itu membangunkan tidur saya yang nyenyak. Ternyata sudah pagi hari, bahkan matahari hampir tepat melayang-layang di atas kepala saya. Entah kenapa hari ini saya bangun sedikit lebih siang dari biasanya. Padahal, sudah menjadi rutinitas saya semenjak menjadi Mahasiswi untuk bangun tepat jam 7 pagi. Sedikit terkejut kepada diri sendiri karena sejujurnya ini menjadi sangat aneh untuk saya, seorang Dina. Dina yang biasanya jarang sekali bangun di siang hari ternyata pengecualian untuk hari ini.

Hari ini?

Sedikit tertegun melihat kalender yang ada di handphone saya dan sedikit terkejut dengan pertanyaan dari sahabat saya yang telah mengetuk pintu kamar, "Baru bangun?"
Hari ini adalah salah satu hari yang ditunggu oleh saya selama kurun waktu 4 bulan ini. Hari ini adalah hari dimana saya akan melaksanakan Seminar Proyek Akhir. Apa yang saya persiapkan sehari sebelum hari ini? Tidak ada selain pergi ke salon untuk memotong "hampir" habis rambut saya yang sudah panjang semenjak kelas 2 SMA. Untuk memberanikan diri memotong rambut sependek ini dibutuhkan keberanian yang besar, setidaknya untuk saya. Tapi, saya tidak akan menceritakan tentang potong rambut saya itu, tetapi saya akan sedikit berbagi kebahagiaan atas apa yang saya alami hari ini.

Hari ini?

Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, bahwa saya akan melaksanakan Seminar Proyek Akhir atau yang saya sebut sebagai eksekusi pertama. Kenapa eksekusi? Saya tidak mengerti ini sebuah tradisi atau asumsi, tetapi hampir semua teman-teman saya yang sudah lebih dulu melaksanakan seminar berpendapat bahwa:
  1. Seminar itu menakutkan
  2. Seminar itu membuat kita merasa kepala itu kaki, kaki itu kepala
  3. Seminar itu bikin kita mau pup terus
  4. Seminar itu bikin gak bisa tidur semalaman
  5. Seminar itu kalau bisa yaa jangan sampai pengujinya Pak Agus (hahaha itu menurut salah satu teman saya yang ternyataaaa diuji oleh Pak Agus)
Bagi saya, seminar itu adalah presentasi. Titik. Sampai H-1 saya belum merasakan nervous atau semacam itu. Saya masih asik membaca novel BEPE20, saya masih sempat pergi ke salon untuk nekat memotong pendek rambut, saya masih sempat makan nasi goreng jam 2 pagi. Lalu, apa yang saya siapkan untuk seminar itu? Saya hanya menyiapkan slide yang notabennya hanya selesai kurang dari satu jam. Disini dimaksudkan bahwa, membuat slide untuk seminar yang terbilang sangat penting ini setidaknya dibutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan yang saya lakukan. Slide saya terbilang apa adanya, dimana tidak ada persiapan khusus untuknya.

Tepat satu jam sebelum seminar itu dimulai, tiba-tiba perut saya seperti sehabis turun dari roaller coaster, kemudian seperti sehabis meminum obat pencahar yang dapat ditebak membuat saya bolak-balik ke kamar mandi seperti panggilan alam di pagi hari. Setidaknya saya selalu membawa sabun cair dan parfum kemana pun saya pergi. Jadi, situasi emergency seperti ini dapat diatasi dengan amat sangat baik. Hahaha.
Lima belas menit sebelum seminar dimulai, sahabat saya, Dewa, sudah heboh BBM saya menanyakan saya ada dimana. Saya yang mau seminar, tapi dia duluan yang sudah sampai di ruangan. Tampaknya dia heboh sendiri melihat saya belum menyiapkan apa-apa untuk di ruangan. Padahal, saya masih sibuk bolak-balik di toilet. Akhirnya, selain saya sudah lelah harus berkali-kali buang air, saya segera mencuci muka saya dengan sabun scrub yang saya bawa. Sesegera mungkin saya berlari ke lantai 2. Bukan karena di kampus saya tidak ada lift, melainkan saya takut dengan lift. Silahkan tertawa atau mencibir membacanya. Terkadang saya berpikir, badan dengan nyali saya amat sangat tidak sinkron.

Sembari mengambil napas panjang akhirnya saya sampai di depan ruangan eksekusi itu. Tidak berapa lama kemudian sahabat saya datang. Saya tahu dia pasti akan datang memberi dukungan. Kata dukungan dalam beberapa menit terakhir terngiang-ngiang di dalam otak saya. Beberapa sahabat saya tidak dapat dapat karena kesibukannya masing-masing. Sangat dimengerti karena saya paham tiap individu memiliki kesibukan tersendiri terlebih prioritas. Saya sempat agak sedih mengetahui salah satu sahabat yang saya harapkan kedatangannya sakit. Itu berarti kemungkinan dia untuk datang ke seminar saya kecil. Dan itulah kenyataannya. Sampai detik terakhir dia juga tidak kunjung datang. Cepat sembuh yah sahabatku :)

Oke seminar dimulai. Saatnya saya untuk menunjukkan kemampuan berkomunikasi saya. Hasilnya? Mengecewakan menurut saya. Banyak sekali junk words yang keluar dari mulut saya. Padahal sebagai mantan seorang announcer saya paham betul junk words adalah musuh terbesar sebagai broadcaster. Entah kenapa jantung saya berdegup lebih cepat dari biasanya, napas pun ikut tertahan, dan pikiran menjadi tidak fokus. Tetapi itu hanya diawal saja. Untungnya. Setelah seminar berjalan, lambat laun junk words itu berkurang sampai hilang. Setelah saya selesai mempresentasikan proposal Proyek Akhir saya, pertanyaan-pertanyaan seperti tidak henti-hentinya menghampiri saya. Begitu saya selesai menjawab, pasti ada saja pertanyaan berlanjut yang seakan-akan ingin menghentikan otak saya untuk bekerja. Saya ingat pesan teman saya beberapa saat sebelum seminar dimulai, "Hapal Ayat Kursi kan, Din? Kalau nanti gugup, baca itu aja yah". Beberapa kali saya membaca Al-Fatihah untuk menenangkan diri. Terutama ketika lidah saya sudah hampir terasa kaku.

Seminar berjalan dengan sangat baik dan lancar. Tetapi, dibalik itu semua ada rasa ketidakpuasaan yang muncul dalam diri saya sendiri. Walaupun saya mendapat nilai yang terbilang baik, yaitu di atas 80, tetapi saya merasa tidak maksimal dalam mempersiapkan diri sebelum seminar dimulai. Apabila saya mempersiapkan diri lebih baik lagi, saya yakin bisa mendapatkan nilai yang lebih baik lagi. Tapi, bukan hanya nilai yang saya incar. Prioritas utama saya adalah kepuasaan diri atas kemampuan saya dalam menguasai materi. Bagi saya, nilai tinggi hanyalah bonus semata, tetapi pengetahuan yang maksimal ada puncak dari pencapaian. Hari ini saya tersenyum bahagia tanpa senyum kepuasan. Jangan buru-buru mengatakan saya adalah orang yang tidak mensyukuri atas apa yang saya telah terima, tetapi setiap individu memiliki target akan suatu domain objek. Begitu pula saya. Tapi, hari ini membuat saya berjanji pada diri sendiri, bahwa senyum kepuasan itu akan saya rekahkan pada eksekusi kedua, yaitu Sidang Proyek Akhir. Saya harus yakin dan mampu akan kemampuan diri saya sendiri. Karena itu adalah salah satu modal awal dalam mengimplementasikan planning kita.

Terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orangtua saya yang tinggal begitu jauh disana, tetapi doa dan harapan mereka begitu dekat dan hangat untuk saya. Terima kasih juga saya ucapkan untuk kedua pembimbing saya. Tidak ada pembimbing satu atau dua di mata saya. Bagi saya, mereka, Bapak Agus dan Bapak Toufan adalah pembimbing SATU yang dengan sabar dan ikhlasnya membimbing saya dalam mengerjakan proposal untuk seminar ini. Sahabat-sahabat saya yang begitu saya cintai. Mereka bagaikan atmosfer yang melindungi bumi dari sinar matahari di luar sana. Begitulah analoginya bagi saya. Mereka melindungi saya dari ketakutan diri saya sendiri. Andry, Dimas, dan Grant adalah unpredictable guess. Kehadiran mereka membuat saya tersenyum lebar dan seakan menambahkan nyawa saya apabila dapat dianalogikan seperti sedang bermain Pepsi Man hahaha.

Untuk kalian yang akan melaksanakan Seminar, jangan lupa untuk menyiapkan segala sesuatunya dengan sangat baik yah. Jangan sampai ada yang membuat kalian menyesal di belakangan hari. Dan yang paling penting, jangan sampai meninggalkan ibadah kalian. Karena pilar utama itu akan menguatkan kita di setiap kondisi apa pun :)




♥dinadinc

Tidak ada komentar: