ketika saya mendapat kabar itu, saya hanya terdiam lalu secara spontan butir-butir air mata jatuh menghangati pipi ini. kabar ini adalah kabar terburuk yang pernah saya dengar. kabar yang sudah lama saya takutkan terjadi dalam kehidupan saya.
***
Papa merupakan sosok panutan dalam keluarga saya. Papa banyak memberi contoh dalam mengambil sebuah kebijaksanaan. Papa sangat matang dengan hati yang sangat lembut. Papa selalu mengajarkan arti kehidupan kepada saya. Hangat sekali berada di pelukan Papa. Papa menjadi tameng bagi kami. Papa lebih kuat daripada tembok yang menjadi pondasi rumah kami. Papa begitu istimewa. Papa menjadi dan akan selalu menjadi pahlawan bagi kami. Papa selalu menjadi penopang hidup dan napas kami.
***
Sore itu musibah menimpa Papa. Hanya doa yang bisa aku berikan karena Mama tidak mengijinkan aku untuk pergi dan memeluk Papa. Bukan karena apa-apa, tetapi karena UTS masih membayangi diriku pada saat itu. Mama berpikir agar aku tetap fokus untuk menjalani UTS, tetapi saya hanya anak kecil biasa yang masih ingin terus dipeluk oleh hangatnya pelukan kasih Papa. Akhirnya, tangisanku memecah hingar-bingar malam takbiran pada saat itu. Aku hanya bersembunyi di bawah selimut sembari memeluk boneka yang aku berharap itu adalah Papa. Doa dan doa terus meluncur dari mulut ini. Mama... tolong jaga Papa. Kami tau Mama tau yang terbaik untuk Papa. Setidaknya begitulah kata-kata yang dikatakan Kakakku untuk menenangkan aku.
***
Papa sudah kembali ke rutinitasnya. Papa sudah bisa bolak-balik Jakarta-Semarang lagi. Bahkan Papa sudah bisa ke Bandung untuk menjenguk saya ketika sakit. Papa sudah bisa tertawa. Papa sudah bisa memelukku. Aku selalu ingin menjadi gadis kecil Papa. Aku tidak ingin ada yang berubah. Bermanja-manja dipelukkan Papa menciptakan kehangatan tersendiri. Panutan dan pahlawan keluarga itu akan selalu di hatiku. Peluk dan ciumku untuk Papa. Doaku untuk keluarga ini.
♥dinadinc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar