Pada dasarnya saya sangat menyukai perbincangan dengan penuh ide. Sebulan yang lalu, semua ide yang saya miliki seakan terkubur oleh kesalahan besar duniawi. Saya ingat betul malam itu saya sangat mempersiapkan diri. Mulai dari baju sampai hati.
Malam itu, malam minggu. Malam dimana sudah menjadi rahasia umum akan menjadi malam yang penuh dengan kerlap kerlip gemerlap lampu jalanan. Tidak ubahnya dengan kami. Kami adalah saya dan dia. Kami merupakan dua insan manusia yang sedang menikmati masa-masa muda bersama. Apakah salah kami melakukan ritual yang biasanya dilakukan anak muda lainnya? Menghabiskan malam minggu bersama, sebagai contohnya.
Perjalanan menuju sebuah cafe dilalui melalui kebisuan dan keheningan. Walaupun Oasis itu mengalun dengan kerasnya, tetapi tetap saja serasa tidak mendengar apa-apa. Tidak ada yang bergeming. Yang satu sibuk menyetir dan yang satu lagi sibuk meratapi kenyataan yang menimpa. Akhirnya, saya berusaha mencairkan suasana akan semua hal yang menurut saya membosankan. Saya memang menguap, pertanda saya memang bosan. Tapi dia?
Saya memesan es krim goreng. Itu adalah desert favorit saya. Tapi, dinginnya es krim itu tidak sama dengan kenyataan panasnya hati ini. Bukan hati saya tentunya. Sebut saja hati si orang yang menyetir tadi. Jam demi jam berlalu. Saya yakin, kopi yang dipesan pun sudah tidak sepanas ketika pelayan itu mengantarkan ke meja kami. Kami masih bergeming. Sepatah dua patah kata keluar dari mulut saya, tetapi kembali terdiam karena respon yang diekspektasikan tidak seindah bayangannya.
Saya sangat menyukai perbincangan dengan penuh ide. Itu yang biasa kami lakukan. Kami suka sekali berdiskusi, mulai dari musik sampai politik. Mulai dari hal bodoh sampai hal yang terkadang tidak bisa dinalarkan. Saya sangat nyaman dengan apa yang biasanya kami lakukan. Kami satu pemikiran, walaupun terkadang satu atau dua kali terjadi bentrok antar omongan. Tapi, lain untuk malam ini. Tidak ada pembicaraan yang menyenangkan. Tidak ada diskusi yang menghangatkan dinginnya malam di Bandung ini. Yang ada hanyalah pernyataan ketidakpercayaan dan kebimbangan.
Meyakinkan dengan perbuatan adalah hal yang saat ini sering saya lakukan. Saya tidak akan banyak mengerluarkan kata-kata yang menjanjikan. Saya banyak diam. Tetapi, saya tidak miskin perbuatan.
Ngopi Doeloe, Bandung, Indonesia.
Malam itu, malam minggu. Malam dimana sudah menjadi rahasia umum akan menjadi malam yang penuh dengan kerlap kerlip gemerlap lampu jalanan. Tidak ubahnya dengan kami. Kami adalah saya dan dia. Kami merupakan dua insan manusia yang sedang menikmati masa-masa muda bersama. Apakah salah kami melakukan ritual yang biasanya dilakukan anak muda lainnya? Menghabiskan malam minggu bersama, sebagai contohnya.
Perjalanan menuju sebuah cafe dilalui melalui kebisuan dan keheningan. Walaupun Oasis itu mengalun dengan kerasnya, tetapi tetap saja serasa tidak mendengar apa-apa. Tidak ada yang bergeming. Yang satu sibuk menyetir dan yang satu lagi sibuk meratapi kenyataan yang menimpa. Akhirnya, saya berusaha mencairkan suasana akan semua hal yang menurut saya membosankan. Saya memang menguap, pertanda saya memang bosan. Tapi dia?
Saya memesan es krim goreng. Itu adalah desert favorit saya. Tapi, dinginnya es krim itu tidak sama dengan kenyataan panasnya hati ini. Bukan hati saya tentunya. Sebut saja hati si orang yang menyetir tadi. Jam demi jam berlalu. Saya yakin, kopi yang dipesan pun sudah tidak sepanas ketika pelayan itu mengantarkan ke meja kami. Kami masih bergeming. Sepatah dua patah kata keluar dari mulut saya, tetapi kembali terdiam karena respon yang diekspektasikan tidak seindah bayangannya.
Saya sangat menyukai perbincangan dengan penuh ide. Itu yang biasa kami lakukan. Kami suka sekali berdiskusi, mulai dari musik sampai politik. Mulai dari hal bodoh sampai hal yang terkadang tidak bisa dinalarkan. Saya sangat nyaman dengan apa yang biasanya kami lakukan. Kami satu pemikiran, walaupun terkadang satu atau dua kali terjadi bentrok antar omongan. Tapi, lain untuk malam ini. Tidak ada pembicaraan yang menyenangkan. Tidak ada diskusi yang menghangatkan dinginnya malam di Bandung ini. Yang ada hanyalah pernyataan ketidakpercayaan dan kebimbangan.
Meyakinkan dengan perbuatan adalah hal yang saat ini sering saya lakukan. Saya tidak akan banyak mengerluarkan kata-kata yang menjanjikan. Saya banyak diam. Tetapi, saya tidak miskin perbuatan.
Semoga akan kembali lagi semua kenyamanan yang biasanya saling kami berikan. Semoga perbincangan dengan penuh ide akan kembali menghangatkan setiap hari yang dilalui dan yang akan terlalui. Semoga tidak akan ada lagi malam minggu bisu seperti ini. Semoga kerlap kerlip lampu jalanan menjadi saksi bisu akan janji dalam hati ini. Semoga.... dan semoga.
Ngopi Doeloe, Bandung, Indonesia.
♥dinadinc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar