di kamar yang tidak begitu besar ini aku sendiri. aku merebahkan kepalaku di atas bantal biru. aku menghela napas pertanda percakapan yang biasa aku lakukan di dalam otakku sudah mau dimulai. apa ya yang akan aku pikirkan malam ini? disela aku bergumul dengan pembahasan apa yang akan aku pikirkan, tiba-tiba aku teringat tentang cerita seorang wanita yang terperdaya oleh manis mulutnya seorang lelaki.
lelaki diciptakan untuk melengkapi wanita. saya pun secara individu meyakini hal itu.
Kamarku terbilang sejuk karena benda putih itu selalu setia tertempel di atas jendela kamarku. Tapi kenapa ya aku tetap merasa gerah? Lalu aku mengikat rambutku yang tergerai, kemudian menarik selimut sampai hanya mata aku yang tersisa apabila terlihat dari luar.
Heran. Padahal kamar saya cukup sejuk ko untuk ukuran udara di Jakarta.
Aku baru sadar. Bukan udaranya yang panas sehingga aku menjadi gerah, tetapi kelakuan lelaki itu yang membuat hatiku panas sehingga aura yang ada disekelilingku menjadi "gerah"
kenapa lelaki itu masih saja mengecewakan dia? atau mereka?
loh? memangnya subjeknya ada berapa?
ditegaskan bahwa terdapat dua sebjek perempuan dengan satu subjek laki-laki
apa sih yang laki-laki itu inginkan? masih saja laki-laki itu menjadi inti permasalahan.
Apa yang diprioritaskan oleh laki-laki itu? perempuan yang memang dekat dengannya dalam arti jarak, atau perempuan yang apabila ingin bertemu dengannya harus menempuh perjalanan sedikitnya 2 jam?
yang aku tau pasti, kedua dari perempuan itu memiliki hasrat sayang yang besar dan aku sangat menghargai arti sayang yang mereka miliki.
loh? kenapa jadi aku yang menghargai? seharusnya lelaki itu yang menghargai.
Mata mereka berdua dapat dipastikan berbinar-binar apabila membicarakan lelaki itu. Tetapi, satu diantara wanita itu akhirnya sadar bahwa lelaki itu mengecewakan dia.
Seperti kata ibunya "Lelaki tanpa kesetiaan, apa yang mau dibanggakan?"
Ah, betul juga. Buat apa laki-laki semacam itu dipertahankan. Cuma bikin susah saja. Tampang sih tidak mengecewakan, tetapi sayangnya setiap orang pasti memiliki kekurangan, termasuk sifatnya yang minus. Disini saya berusaha tidak mengganti kata "kekurangan" dengan kata lain yang lebih kasar (maaf).
Lalu, sekarang salah satu dari perempuan itu disalahkan karena ke-minus-an lelaki itu?
Bagai jatuh tertimpa tangga itu namanya.
Yang salah dibilang tidak bersalah, tetapi yang dirugikanlah yang selalu disalahkan.
Itu urusan mereka, bukan urusan saya. orang-orang juga tidak perlu ikut campur.
malam ini sebelum saya tidur, saya berdoa untuk kebaikan kepada orang-orang itu. terutama perempuan itu.
setiap cobaan membuat kaya iman apabila kita memaknainya dengan benar. saya salut atas ketegaran dan kesabaran perempuan itu. tidak semua orang dapat memahami apa yang mereka rasakan. tetapi, seperti yang dikatakan iklan di televisi, "saya percaya dengan mendengarkan, maka saya akan lebih memahami"
♥dinadinc